Tiga Tahap Pelaksanaan Gls

Tiga Tahap Pelaksanaan GLS


Sahabat Gak Belajar yang berbahagia, Progr4m Gerakan Literasi Sekolah (GLS) dilaksanakan secara sedikit demi sedikit dengan mempertimbangkan kesiapan sekolah di seluruh Indonesia. Kesiapan ini meliputi kesiapan kapasitas sekolah (ketersediaan fasilitas, materi bacaan, sarana, prasarana literasi), kesiapan warga sekolah, dan kesiapan sistem pendukung lainnya (partisipasi publik, pinjaman kelembagaan, dan perangkat kebijakan yang relevan). Untuk memastikan keberlangsungannya dalam jangka panjang, GLS dilaksanakan dengan tahap-tahap berikut ini :

 Sahabat Gak Belajar yang berbahagia Tiga Tahap Pelaksanaan GLS
tahapan GLS

1. Pembiasaan ;

Yaitu Penumbuhan MINAT BACA melalui kegiatan 15 menit membaca (sesuai dengan Permendikbud No. 23 Tahun 2015) dalam kegiatan Pembiasaan tersebut indikator yang harus dicapai siswa yaitu :
  • Melakukan kegiatan 15 menit membaca (membaca dalam hati, membacakan nyaring) yang dilakukan setiap hari (di awal, tengah, atau menjelang selesai pelajaran)
  • Kegiatan 15 menit membaca telah berjalan selama minimal 1 semester;
  • Peserta didik mempunyai jurnal membaca harian;
  • Guru, kepala sekolah, dan/atau tenaga kependidikan menjadi model dalam kegiatan 15 menit membaca dengan ikut membaca selama kegiatan berlangsung.
  • Ada perpustakaan, sudut baca di tiap kelas, dan area baca yang nyaman dengan koleksi buku nonpelajaran.
  • Ada poster-poster kampanye membaca di kelas, koridor, dan/atau area lain di sekolah.
  • Ada materi kaya teks yang terpampang di tiap kelas.
  • Kebun sekolah, kantin, dan UKS menjadi lingkungan yang bersih, sehat dan kaya teks. Terdapat poster-poster wacana penyesuaian hidup bersih, sehat, dan indah.
  • Sekolah berupaya melibatkan publik (orangtua, alumni, dan elemen masyarakat) untuk menyebarkan kegiatan literasi sekolah.
  • Kepala sekolah dan jajarannya berkomitmen melaksanakan dan mendukung gerakan literasi sekolah
  • Ada kegiatan akademik yang mendukung budaya literasi sekolah, misalnya: wisata ke perpustakaan atau kunjungan perpustakaan keliling ke sekolah.
  • Ada kegiatan perayaan hari-hari tertentu yang bertemakan literasi.
  • Ada Tim Literasi Sekolah yang dibuat oleh kepala sekolah dan terdiri atas guru bahasa, guru mata pelajaran lain, dan tenaga kependidikan.

2. Pengembangan ; 

Yaitu meningkatkan kemampuan literasi melalui kegiatan menanggapi buku pengayaan. Dalam Tahap Pelaksanaan Pengembangan Gerakan Literasi Sekolah Indikator yang harus dicapai ialah sebagai berikut :
  • Ada kegiatan 15 menit membaca (Membaca dalam hati dan/atau membacakan nyaring) yang dilakukan setiap hari (di awal, tengah, atau menjelang selesai pelajaran).
  • Ada banyak sekali kegiatan tindak lanjut dalam bentuk menghasilkan respon secara verbal maupun tulisan
  • Peserta didik mempunyai portofolio yang berisi kumpulan jurnal respon membaca.
  • Guru menjadi model dalam kegiatan 15 menit membaca dengan ikut membaca selama kegiatan berlangsung.
  • Tagihan verbal dan goresan pena dipakai sebagai evaluasi nonakademik.
  • Jurnal respon membaca penerima didik dipajang di kelas dan/atau koridor sekolah.
  • Perpustakaan, sudut baca di tiap kelas, dan area baca yang nyaman dengan koleksi buku nonpelajaran dimanfaatkan untuk banyak sekali kegiatan literasi.
  • Ada penghargaan terhadap pencapaian penerima didik dalam kegiatan literasi secara berkala.
  • Ada poster-poster kampanye membaca.
  • Ada materi kaya teks yang terpampang di tiap kelas, koridor, dan area lain di sekolah.


3. Pembelajaran ;

Yaitu meningkatkan kemampuan literasi di semua mata pelajaran dengan memakai buku pengayaan dan taktik membaca di semua mata pelajaran. pada tahapan pembelajaran ini indikator yang dicapai dalam pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah meliputi :
  • Kegiatan membaca pada tempatnya (selain lima belas menit sebelum pembelajaran) sudah membudaya dan menjadi kebutuhan warga sekolah (tampak dilakukan oleh semua warga sekolah)
  • Kegiatan lima belas menit membaca setiap hari sebelum jam pelajaran diikuti kegiatan lain dengan tagihan nonakademik atau akademik.
  • Ada pengembangan banyak sekali taktik membaca
  • Kegiatan membaca buku nonpelajaran yang terkait dengan buku pelajaran dilakukan oleh penerima didik dan guru (ada tagihan akademik untuk penerima didik)
  • Ada banyak sekali kegiatan tindak lanjut dalam bentuk menghasilkan respon secara verbal maupun goresan pena (tagihan akademik)
  • Peserta didik mempunyai portofolio yang berisi kumpulan jurnal respon membaca minimal 12 (dua belas) buku nonpelajaran
  • Melaksanakan banyak sekali taktik untuk memahami teks dalam semua mata pelajaran (misalnya, dengan memakai graphic organizers secara optimal, contohnya tabel TIP: Tahu-Ingin-Pelajari; table Perbandingan; Tangga Proses/Kronologis)
  • Guru menjadi model dalam kegiatan membaca buku nonpelajaran dengan ikut membaca buku-buku pilihan (nonpelajaran) yang dibaca oleh siswa
  • Tagihan verbal dan goresan pena dipakai sebagai evaluasi akademik
  • Peserta didik memakai lingkungan fisik, sosial, afektif, dan akademik disertai bermacam-macam bacaan (cetak, visual, auditori, digital) yang kaya literasi–di luar buku teks pelajaran–untuk memperkaya pengetahuan dalam mata pelajaran
  • Jurnal respon penerima didik dari hasil membaca buku bacaan dan buku pelajaran (hasil tagihan akademik) dipajang di kelas dan/atau koridor sekolah
  • Ada penghargaan terhadap pencapaian penerima didik dalam kegiatan berliterasi (berdasarkan tagihan akademik)
  • Ada poster-poster kampanye membaca untuk memperluas pemahaman dan tekat warga sekolah untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat
  • Ada materi kaya teks terkait dengan mata pelajaran yang terpampang di tiap kelas
  • Ada unjuk karya (hasil dari kemampuan berpikir kritis dan kemampuan berkomunikasi secara kreatif secara verbai, tulisan, visual, atau digital) dalam perayaan hari-hari tertentu yang bertemakan literasi
  • Perpustakaan sekolah menyediakan bermacam-macam buku bacaan (buku-buku nonpelajaran: fiksi dan nonfiksi) yang diharapkan penerima didik untuk memperluas pengetahuannya dalam pelajaran tertentu.
  • Tim Literasi Sekolah bertugas melaksanakan perencanaan, pelaksanaan, dan asesmen kegiatan literasi sekolah.
  • Sekolah berjejaring dengan pihak eksternal untuk pengembangan kegiatan literasi sekolah dan pengembangan profesional warga sekolah wacana literasi.

Jika semua indikator dalam tahap pembelajaran sudah dipenuhi, sekolah atau kelas sanggup mempertahankan serta terus-menerus melaksanakan kreasi dan inovasi. Selain itu, sekolah sanggup menjadi referensi bagi sekolah-sekolah lainnya.

Catatan : Rincian kegiatan akan berbeda di setiap jenjang satuan pendidikan.yang akan kita bahas dalam artikel berikutnya.

Inilah Tahapan-tahapan dalam pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah, Demikian yang sanggup disampaikan biar bermanfaat bagi kita semua, Sekian dan terima kasih.

Sumber : materi umum gerakan literasi sekolah

0 Response to "Tiga Tahap Pelaksanaan Gls"

Posting Komentar