Fokus Gerakan Penguatan Pendidikan Huruf (Ppk) Dalam Sistem Pendidikan Nasional

Fokus Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter  Fokus Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) dalam Sistem Pendidikan Nasional

Fokus Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK)


Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) berfokus pada struktur yang sudah ada dalam sistem pendidikan nasional. Terdapat tiga struktur yang sanggup dipakai sebagai wahana, jalur, dan medium untuk memperkuat pendidikan karakter bangsa, yaitu:
  • Pertama, Struktur Program, antara lain jenjang dan kelas, ekosistem sekolah, penguatan kapasitas guru; 
  • Kedua, Struktur Kurikulum, antara lain kegiatan pembentukan aksara yang terintegrasi dalam pembelajaran (intrakurikuler), kokurikuler, dan ekstrakurikuler; 
  • Ketiga, Struktur Kegiatan, antara lain aneka macam kegiatan dan kegiatan yang bisa mensinergikan empat dimensi pengolahan aksara dari Ki Hadjar Dewantara (olah raga, olah pikir, olah rasa, dan olah hati).

1. Struktur Program

Struktur kegiatan mencakup jenjang dan kelas (SD kelas I-VI; Sekolah Menengah Pertama kelas VII-IX). Pelaksanaan Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) pada tiap jenjang melibatkan dan memanfaatkan ekosistem pendidikan yang ada di lingkungan sekolah.

Pemanfaatan dan pelibatan ekosistem pendidikan memperkuat dimensi lokal kontekstual pendidikan di daerah, sehingga Gerakan PPK tidak terlepas dari nilai-nilai aksara yang tumbuh dan berkembang pada ekosistem pendidikan yang sudah ada.

Berbagai pemangku kepentingan yang ada pada ekosistem pendidikan tersebut ikut serta dan bersamasama bertanggungjawab dan bersinergi untuk memperkuat pembentukan aksara sebagai modal dasar untuk mewujudkan warga masyarakat yang lebih berbudaya dan mempunyai jati diri bangsa di masa mendatang.

Pelaku kunci dalam Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yaitu kepala sekolah, pendidik, tenaga kependidikan, komite sekolah, dan pemangku kepentingan lain yang relevan dalam pengembangan PPK. Masing-masing pihak perlu memahami kiprah dan fungsinya dalam rangka keberhasilan pelaksanaan kegiatan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK).

Lebih dari itu, kehadiran orang cukup umur di lingkungan pendidikan yaitu sebagai guru, yaitu mereka yang digugu (diikuti) dan ditiru (diteladani) oleh para siswa. Ini berlaku bagi siapapun yang terlibat dalam kegiatan pendidikan.
: Prinsip-Prinsip Pengembangan dan Implementasi Penguatan Pendidikan Karakter (PPK)

2. Struktur Kurikulum

Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) tidak mengubah kurikulum yang sudah ada, melainkan optimalisasi kurikulum pada satuan pendidikan. Gerakan PPK perlu dilaksanakan di satuan pendidikan melalui aneka macam cara sesuai dengan kerangka kurikulum yaitu alokasi waktu minimal yang ditetapkan dalam Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum, dan kegiatan ekstrakurikuler yang dikelola oleh satuan pendidikan sesuai dengan peminatan dan karakteristik penerima didik, kearifan lokal, daya dukung, dan budi satuan pendidikan masing-masing.

Pelaksanaan Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) diubahsuaikan dengan kurikulum pada satuan pendidikan masing-masing dan sanggup dilakukan melalui tiga cara, yaitu:
  1. Mengintegrasikan pada mata pelajaran yang ada di dalam struktur kurikulum dan mata pelajaran Muatan Lokal (Mulok) melalui kegiatan intrakurikuler dan kokurikuler. Sebagai kegiatan intrakurikuler dan kokurikuler, setiap guru menyusun dokumen perencanaan pembelajaran berupa Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai mata pelajarannya masing-masing. Nilai-nilai utama Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) diintegrasikan ke dalam mata pelajaran sesuai topik utama nilai Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yang akan dikembangkan/dikuatkan pada sesi pembelajaran tersebut dan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran masing-masing. Misalnya,mata pelajaran IPA untuk Sekolah Menengah Pertama mengintegrasikan nilai nasionalisme dengan mendukung konservasi energi pada bahan ihwal energi.
  2. Mengimplementasikan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) melalui kegiatan ekstrakurikuler yang ditetapkan oleh satuan pendidikan. Pada kegiatan ekstrakurikuler, satuan pendidikan melaksanakan penguatan kembali nilai-nilai aksara melalui aneka macam kegiatan. Kegiatan ekskul sanggup dilakukan melalui kerja sama dengan masyarakat dan pihak lain/lembaga yang relevan, menyerupai PMI, Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas Perdagangan, museum, rumah budaya, dan lain-lain, sesuai dengan kebutuhan dan kreativitas satuan pendidikan.
  3. Kegiatan penyesuaian melalui budaya sekolah dibuat dalam proses kegiatan rutin, spontan, pengkondisian, dan keteladanan warga sekolah. Kegiatan-kegiatan dilakukan di luar jam pembelajaran untuk memperkuat pembentukan aksara sesuai dengan situasi, kondisi, ketersediaan sarana dan prasarana di setiap satuan pendidikan.

Selain struktur dalam kurikulum, gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) juga mempunyai struktur pendukung lain yang terdiri atas:
  • Ekosistem dan budaya sekolah; mewujudkan tata kelola yang sehat, korelasi antarwarga sekolah yang serasi dan saling menghargai, lingkungan sekolah yang bersih, ramah, sehat, aman, dan damai.
  • Pendidikan keluarga dan masyarakat; menjalin keselarasan antara pendidikan di sekolah, lingkungan keluarga, dan masyarakat.

3. Struktur Kegiatan

Struktur kegiatan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) merupakan pilihan aneka macam macam kegiatan bagi pembentukan aksara penerima didik yang menyeimbangkan keempat dimensi pengolahan pendidikan berdasarkan Ki Hadjar Dewantara, yaitu olah raga, olah pikir, olah rasa dan olah hati.

Sekolah bisa menentukan struktur kegiatan yang akan mendorong terbentuknya keunikan, kekhasan, dan keunggulan sekolah (school branding). Pilihan prioritas kegiatan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) diperlukan sanggup mendorong sekolah menemukan branding yang menggambarkan kekhasan dan keragaman budaya masing-masing.
: Ajarkan Anak Tentang Nilai dan Norma, Inilah Nilai-nilai Utama Dalam Penguatan Pendidikan Karakter (PPK)
Kegiatan-kegiatan yang mendukung terbentuknya branding sekolah antara lain: kegiatan akademik, non-akademik menyerupai olahraga, kegiatan ekstrakurikuler, pemanfaatan perpustakaan (mengatur jadwal berkunjung, mengikuti lomba perpustakaan, dan sumbangan penghargaan kepada siswa dan guru yang secara rutin hadir di perpustakaan), dan pemanfaatan potensi lingkungan, menyerupai sanggar seni dan museum.
Related Posts