Parameter Sekolah Yang Telah Membangun Budaya Literasi

Parameter sekolah yang telah membangun budaya literasi


Sahabat Gak Belajar yang berbahagia, di baw4h ini  beberapa parameter yang sanggup dipakai sebagai contoh untuk mengukur budaya literasi sekolah yang baik.

Parameter sekolah yang telah membangun budaya literasi Parameter sekolah yang telah membangun budaya literasi
gerakan literasi sekolah

Ekosistem Sekolah yang Literat



A. Lingkungan Fisik
  • Karya akseptor didik dipajang di sepanjang lingkungan sekolah, termasuk koridor dan kantor (kepala sekolah, guru, administrasi, bimbingan konseling).
  • Karya akseptor didik dirotasi secara terpola untuk memberi kesempatan yang seimbang kepada semua akseptor didik.
  • Buku dan bahan bacaan lain tersedia di pojok-pojok baca di semua ruang kelas.
  • Buku dan bahan bacaan lain tersedia juga untuk akseptor didik dan orang tua/pengunjung di kantor dan ruangan selain ruang kelas.
  • Kantor kepala sekolah memajang karya akseptor didik dan buku bacaan untuk anak.
  • Kantor kepala sekolah gampang diakses oleh warga sekolah.

B. Lingkungan Sosial dan Afektif
  • Penghargaan terhadap prestasi akseptor didik (akademik dan non-akademik) diberikan secara rutin (tiap minggu/bulan). Upacara hari Senin merupakan salah satu kesempatan yang sempurna untuk sumbangan penghargaan mingguan.
  • Kepala sekolah mengenali akseptor didik jikalau masuk ruang kelas (bukan hanya akseptor didik yang berprestasi atau dianggap bermasalah).
  • Kepala sekolah terlibat aktif dalam pengembangan literasi.
  • Merayakan hari-hari besar dan nasional dengan nuansa literasi, contohnya merayakan Hari Kartini dengan membaca surat-suratnya.
  • Terdapat budaya kerja sama antarguru dan staf, dengan mengakui kepakaran masingmasing (dan tidak saling menjatuhkan).
  • Terdapat waktu yang memadai bagi staf untuk berkolaborasi menjalankan jadwal literasi dan hal-hal yang terkait dengan pelaksanaannya.
  • Staf sekolah dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan, terutama dalam menjalankan jadwal literasi.
  • Terdapat Tim Literasi Sekolah yang bertugas melaksanakan asesmen dan perencanaan. Bila diperlukan, ada pendampingan dari pihak eksternal.
  • Disediakan waktu khusus dan cukup banyak untuk pembelajaran dan pembiasaan literasi: membaca dalam hati (sustained silent reading), membacakan buku dengan nyaring (reading aloud), membaca bersama (shared reading), membaca terpandu (guided reading), diskusi buku, bedah buku, presentasi (show-and-tell presentation).
  • Waktu berkegiatan literasi dijaga biar tidak dikorbankan untuk kepentingan lain yang dianggap tidak perlu.
  • Disepakati waktu terpola untuk Tim Literasi Sekolah membahas pelaksanaan gerakan literasi sekolah.
  • Disepakati waktu terpola untuk Tim Literasi Sekolah membahas pelaksanaan gerakan literasi sekolah.
  • Ada kesempatan pengembangan profesional perihal literasi yang diberikan untuk staf, melalui kerjasama dengan institusi terkait (perguruan tinggi, dinas pendidikan, dinas perpustakaan, atau mengembangkan pengalaman dengan sekolah lain).
  • Seluruh warga sekolah antusias menjalankan jadwal literasi, dengan tujuan membangun organisasi sekolah yang suka belajar.

Aspek-aspek tersebut ialah karakteristik penting dalam pengembangan budaya literasi di sekolah. Dalam pelaksanaannya, sekolah sanggup mengadaptasinya sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah. Guru dan pimpinan sekolah perlu berhubungan untuk mengimplementasikan taktik tersebut.

Demikian sobat dunia pendidikan, semoga bermanfaat bagi kita semua, aamiin



Sumber : bahan umum gerakan literasi sekolah

Related Posts