Inilah Pendekatan Pembelajaran Dalam Teori Pendidikan Di Indonesia
Tips dan Informasi Seputar Pendidikan, pembelajaran, kurikulum, pendidikan, rpp, perangkat pembelajaran, Buku Pelajaran, Guru Pembelajar, Pendidikan karakter, Pendidikan Dasar, Pendidikan Menengah
Sahabat Gak Belajar yang berbahagia, Pendidikan sanggup dilihat dalam dua sisi yaitu pendidikan sebagai praktik dan pendidikan sebagai teori.
Pendidikan sebagai praktik yakni seperangkat kegiatan atau kegiatan yang sanggup diamati dan disadari dengan tujuan untuk membantu pihak lain (baca: penerima didik) semoga memperoleh perubahan perilaku.
Sementara pendidikan sebagai teori yaitu seperangkat pengetahuan yang telah tersusun secara sistematis yang berfungsi untuk menjelaskan, menggambarkan, meramalkan dan mengontrol banyak sekali tanda-tanda dan insiden pendidikan, baik yang bersumber dari pengalaman-pengalaman pendidikan (empiris) maupun hasil perenungan-perenungan yang mendalam untuk melihat makna pendidikan dalam konteks yang lebih luas.
Diantara keduanya mempunyai keterkaitan dan tidak bisa dipisahkan. Praktik pendidikan seyogyanya berlandaskan pada teori pendidikan. Demikian pula, teori-teori pendidikan seyogyanya bercermin dari praktik pendidikan.
baca juga :
>> Tips Sederhana dalam Mendidik Anak yang Baik
>> 10 Tehnik Rahasia Siswa Pintar dalam Belajar
>> Tips Mendidik dan Mengajar Anak murid dengan Kasih Sayang
Perubahan yang terjadi dalam praktik pendidikan sanggup mengimbas pada teori pendidikan. Sebaliknya, perubahan dalam teori pendidikan pun sanggup mengimbas pada praktik pendidikan
Terkait dengan upaya mempelajari pendidikan sebagai teori sanggup dilakukan melalui beberapa pendekatan, diantaranya: (1) pendekatan sains; (2) pendekatan filosofi; dan (3) pendekatan religi. (Uyoh Sadulloh, 1994).
Pendekatan sains yaitu suatu pengkajian pendidikan untuk menelaah dan dan memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan memakai disiplin ilmu tertentu sebagai dasarnya. Cara kerja pendekatan sains dalam pendidikan yaitu dengan memakai prinsip-prinsip dan metode kerja ilmiah yang ketat, baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif sehingga ilmu pendidikan sanggup diiris-iris menjadi bagian-bagian yang lebih detail dan mendalam.
Melalui pendekatan sains ini kemudian dihasilkan sains pendidikan atau ilmu pendidikan, dengan banyak sekali cabangnya, seperti:
Tentunya masih banyak cabang-cabang ilmu pendidikan lainnya yang terus semakin berkembang yang dihasilkan melalui banyak sekali kajian ilmiah.
Pendekatan filosofi yaitu suatu pendekatan untuk menelaah dan memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan memakai metode filsafat. Pendidikan membutuhkan filsafat alasannya yakni masalah pendidikan tidak hanya menyangkut pelaksanaan pendidikan semata, yang hanya terbatas pada pengalaman.
Dalam pendidikan akan muncul masalah-masalah yang lebih luas, kompleks dan lebih mendalam, yang tidak terbatas oleh pengalaman inderawi maupun fakta-fakta faktual, yang mustahil sanggup dijangkau oleh sains.
Masalah-masalah tersebut diantaranya yakni tujuan pendidikan yang bersumber dari tujuan hidup insan dan nilai sebagai pandangan hidup. Nilai dan tujuan hidup memang merupakan fakta, namun pembahasannya tidak bisa dengan memakai cara-cara yang dilakukan oleh sains, melainkan diharapkan suatu perenungan yang lebih mendalam.
Cara kerja pendekatan filsafat dalam pendidikan dilakukan melalui metode berfikir yang radikal, sistematis dan menyeluruh wacana pendidikan, yang sanggup dikelompokkan ke dalam tiga model:
Filsafat spekulatif yakni cara berfikir sistematis wacana segala yang ada, merenungkan secara rasional-spekulatif seluruh duduk masalah insan dengan segala yang ada di jagat raya ini dengan perkiraan insan mempunyai kekuatan intelektual yang sangat tinggi dan berusaha mencari dan menemukan korelasi dalam keseluruhan alam berfikir dan keseluruhan pengalaman.
Filsafat preskriptif berusaha untuk menghasilkan suatu ukuran (standar) evaluasi wacana nilai-nilai, evaluasi wacana perbuatan manusia, evaluasi wacana seni, menguji apa yang disebut baik dan jahat, benar dan salah, anggun dan jelek. Nilai suatu benda intinya inherent dalam dirinya, atau hanya merupakan citra dari fikiran kita.
Dalam konteks pendidikan, filsafat preskriptif memberi resep wacana perbuatan atau sikap insan yang bermanfaat.
baca juga :
>> Mengenal Metode dan Model Pembelajaran Yang Harus Diketahui Para Guru Dalam Mengajar
>> Berikut Cara Mendapatkan Akun Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) Guru Terbaru
>> Buku Panduan Supervisi Pembelajaran di Sekolah Dasar
Filsafat analitik memusatkan pemikirannya pada kata-kata, istilah-istilah, dan pengertian-pengertian dalam bahasa, menguji suatu inspirasi atau gagasan untuk menjernihkan dan menjelaskan istilah-istilah yang dipergunakan secara hati dan cenderung untuk tidak membangun suatu mazhab dalam sistem berfikir (disarikan dari Uyoh Sadulloh, 1994)
Terdapat beberapa aliran dalam filsafat, diantaranya: idealisme, materialisme, realisme dan pragmatisme (Ismaun, 2001). Aplikasi aliran-aliran filsafat tersebut dalam pendidikan kemudian menghasilkan filsafat pendidikan, yang selaras dengan aliran-aliran filsafat tersebut.
Filsafat pendidikan akan berusaha memahami pendidikan dalam keseluruhan, menafsirkannya dengan konsep-konsep umum, yang akan membimbing kita dalam merumuskan tujuan dan kebijakan pendidikan.
Dari kajian wacana filsafat pendidikan selanjutnya dihasilkan banyak sekali teori pendidikan, diantaranya:
Perenialisme lebih menekankan pada keabadian, keidealan, kebenaran dan keindahan dari pada warisan budaya dan dampak sosial tertentu. Pengetahuan dianggap lebih penting dan kurang memperhatikan kegiatan sehari-hari.
Pendidikan yang menganut faham ini menekankan pada kebenaran adikara , kebenaran universal yang tidak terikat pada daerah dan waktu. Aliran ini lebih berorientasi ke masa lalu.
Essensialisme menekankan pentingnya pewarisan budaya dan pertolongan pengetahuan dan keterampilan pada penerima didik semoga sanggup menjadi anggota masyarakat yang berguna.
Matematika, sains dan mata pelajaran lainnya dianggap sebagai dasar-dasar substansi kurikulum yang berharga untuk hidup di masyarakat. Sama halnya dengan perenialisme, essesialisme juga lebih berorientasi pada masa lalu.
Eksistensialisme menekankan pada individu sebagai sumber pengetahuan wacana hidup dan makna. Untuk memahami kehidupan seseorang mesti memahami dirinya sendiri. Aliran ini mempertanyakan : bagaimana saya hidup di dunia? Apa pengalaman itu?
Progresivisme menekankan pada pentingnya melayani perbedaan individual, berpusat pada penerima didik, variasi pengalaman mencar ilmu dan proses. Progresivisme merupakan landasan bagi pengembangan mencar ilmu penerima didik aktif.
Rekonstruktivisme merupakan klarifikasi terperinci lanjut dari aliran progresivisme. Pada rekonstruktivisme, peradaban insan masa depan sangat ditekankan. Di samping menekankan wacana perbedaan individual menyerupai pada progresivisme, rekonstruktivisme lebih jauh menekankan wacana pemecahan masalah, berfikir kritis dan sejenisnya. Aliran ini akan mempertanyakan untuk apa berfikir kritis, memecahkan masalah, dan melaksanakan sesuatu? Penganut aliran ini menekankan pada hasil mencar ilmu dari pada proses.
Pendekatan religi yaitu suatu pendekatan untuk menyusun teori-teori pendidikan dengan bersumber dan berlandaskan pada pedoman agama. Di dalamnya berisikan keyakinan dan nilai-nilai wacana kehidupan yang sanggup dijadikan sebagai sumber untuk memilih tujuan, metode bahkan hingga dengan jenis-jenis pendidikan.
Cara kerja pendekatan religi berbeda dengan pendekatan sains maupun filsafat dimana cara kerjanya bertumpukan sepenuhnya kepada logika atau ratio, dalam pendekatan religi, titik tolaknya yakni keyakinan (keimanan). Pendekatan religi menuntut orang meyakini dulu terhadap segala sesuatu yang diajarkan dalam agama, gres kemudian mengerti, bukan sebaliknya.
Terkait dengan teori pendidikan Islam, Ahmad Tafsir (1992) dalam bukunya “ Ilmu Pendidikan dalam Persfektif Islam” mengemukakan dasar ilmu pendidikan Islam yaitu Al-Quran, Hadis dan Akal. Al-Quran diletakkan sebagai dasar pertama dan Hadis Rasulullah SAW sebagai dasar kedua.
Sementara logika dipakai untuk menciptakan hukum dan teknis yang dihentikan bertentangan dengan kedua sumber utamanya (Al-Qur’an dan Hadis), yang memang telah terjamin kebenarannya. Dengan demikian, teori pendidikan Islam tidak merujuk pada aliran-aliran filsafat buatan manusia, yang tidak terjamin tingkat kebenarannya.
Berkenaan dengan tujuan pendidikan Islam, World Conference on Muslim Education (Hasan Langgulung, 1986) merumuskan bahwa : “ Education should aim at balanced growth of the total personality of man through Man’s spirit, intelellect the rational self, feelings and bodily senses. Education should therefore cater for the growth of man in all its aspects, spirituals, intelectual, imaginative, physical, scientific, linguistic, both individually and collectively, and motivate all these aspects toward goodness and attainment of perfection. The ultimate aim of Muslim Education lies in the realization of complete submission to Allah on the level of individual, the community and humanity at large.”
Sementara itu, Ahmad Tafsir (1992) merumuskan wacana tujuan umum pendidikan Islam yaitu muslim yang tepat dengan ciri-ciri :
Dalam teori pendidikan Islam, dibicarakan pula wacana hal-hal yang berkaitan dengan substansi pendidikan lainnya, menyerupai wacana sosok guru yang islami, proses pembelajaran dan evaluasi yang islami, dan sebagainya. (selengkapnya lihat pemikiran Ahmad Tafsir dalam bukunya Ilmu Pendidikan dalam Persfektif Islam)
Mengingat kompleksitas dan luasnya lingkup pendidikan, maka untuk menghasilkan teori pendidikan yang lengkap dan menyeluruh kiranya tidak bisa hanya dengan memakai satu pendekatan saja. Oleh alasannya yakni itu, diharapkan pendekatan holistik dengan memadukan ketiga pendekatan di atas yang terintegrasi dan memliki korelasi komplementer, saling melengkapi antara satu dengan yang lainnya. Pendekatan semacam ini biasa disebut pendekatan multidisipliner
Sumber bacaan:
Inilah Pendekatan Pembelajaran dalam Teori Pendidikan di Indonesia
Sahabat Gak Belajar yang berbahagia, Pendidikan sanggup dilihat dalam dua sisi yaitu pendidikan sebagai praktik dan pendidikan sebagai teori.
Pendidikan sebagai praktik yakni seperangkat kegiatan atau kegiatan yang sanggup diamati dan disadari dengan tujuan untuk membantu pihak lain (baca: penerima didik) semoga memperoleh perubahan perilaku.
Sementara pendidikan sebagai teori yaitu seperangkat pengetahuan yang telah tersusun secara sistematis yang berfungsi untuk menjelaskan, menggambarkan, meramalkan dan mengontrol banyak sekali tanda-tanda dan insiden pendidikan, baik yang bersumber dari pengalaman-pengalaman pendidikan (empiris) maupun hasil perenungan-perenungan yang mendalam untuk melihat makna pendidikan dalam konteks yang lebih luas.
Diantara keduanya mempunyai keterkaitan dan tidak bisa dipisahkan. Praktik pendidikan seyogyanya berlandaskan pada teori pendidikan. Demikian pula, teori-teori pendidikan seyogyanya bercermin dari praktik pendidikan.
baca juga :
>> Tips Sederhana dalam Mendidik Anak yang Baik
>> 10 Tehnik Rahasia Siswa Pintar dalam Belajar
>> Tips Mendidik dan Mengajar Anak murid dengan Kasih Sayang
Perubahan yang terjadi dalam praktik pendidikan sanggup mengimbas pada teori pendidikan. Sebaliknya, perubahan dalam teori pendidikan pun sanggup mengimbas pada praktik pendidikan
Terkait dengan upaya mempelajari pendidikan sebagai teori sanggup dilakukan melalui beberapa pendekatan, diantaranya: (1) pendekatan sains; (2) pendekatan filosofi; dan (3) pendekatan religi. (Uyoh Sadulloh, 1994).
Pendekatan Sains
Pendekatan sains yaitu suatu pengkajian pendidikan untuk menelaah dan dan memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan memakai disiplin ilmu tertentu sebagai dasarnya. Cara kerja pendekatan sains dalam pendidikan yaitu dengan memakai prinsip-prinsip dan metode kerja ilmiah yang ketat, baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif sehingga ilmu pendidikan sanggup diiris-iris menjadi bagian-bagian yang lebih detail dan mendalam.
Melalui pendekatan sains ini kemudian dihasilkan sains pendidikan atau ilmu pendidikan, dengan banyak sekali cabangnya, seperti:
- Sosiologi pendidikan; suatu cabang ilmu pendidikan sebagai aplikasi dari sosiologi dalam pendidikan untuk mengkaji faktor-faktor sosial dalam pendidikan;
- Ssikologi pendidikan; suatu cabang ilmu pendidikan sebagai aplikasi dari psikologi untuk mengkaji sikap dan perkembangan individu dalam belajar;
- Administrasi atau administrasi pendidikan; suatu cabang ilmu pendidikan sebagai aplikasi dari ilmu administrasi untuk mengkaji wacana upaya memanfaatkan banyak sekali sumber daya semoga tujuan-tujuan pendidikan sanggup tercapai secara efektif dan efisien;
- Teknologi pendidikan; suatu cabang ilmu pendidikan sebagai aplikasi dari sains dan teknologi untuk mengkaji aspek metodologi dan teknik mencar ilmu yang efektif dan efisien;
- Evaluasi pendidikan; suatu cabang ilmu pendidikan sebagai aplikasi dari psikologi pendidikan dan statistika untuk memilih tingkat keberhasilan mencar ilmu siswa;
- Bimbingan dan konseling, suatu cabang ilmu pendidikan sebagai aplikasi dari beberapa disiplin ilmu, seperti: sosiologi, teknologi dan terutama psikologi.
Tentunya masih banyak cabang-cabang ilmu pendidikan lainnya yang terus semakin berkembang yang dihasilkan melalui banyak sekali kajian ilmiah.
Pendekatan Filosofi
Pendekatan filosofi yaitu suatu pendekatan untuk menelaah dan memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan memakai metode filsafat. Pendidikan membutuhkan filsafat alasannya yakni masalah pendidikan tidak hanya menyangkut pelaksanaan pendidikan semata, yang hanya terbatas pada pengalaman.
Dalam pendidikan akan muncul masalah-masalah yang lebih luas, kompleks dan lebih mendalam, yang tidak terbatas oleh pengalaman inderawi maupun fakta-fakta faktual, yang mustahil sanggup dijangkau oleh sains.
Masalah-masalah tersebut diantaranya yakni tujuan pendidikan yang bersumber dari tujuan hidup insan dan nilai sebagai pandangan hidup. Nilai dan tujuan hidup memang merupakan fakta, namun pembahasannya tidak bisa dengan memakai cara-cara yang dilakukan oleh sains, melainkan diharapkan suatu perenungan yang lebih mendalam.
Cara kerja pendekatan filsafat dalam pendidikan dilakukan melalui metode berfikir yang radikal, sistematis dan menyeluruh wacana pendidikan, yang sanggup dikelompokkan ke dalam tiga model:
- Model filsafat spekulatif;
- Model filsafat preskriptif;
- Model filsafat analitik.
Filsafat spekulatif yakni cara berfikir sistematis wacana segala yang ada, merenungkan secara rasional-spekulatif seluruh duduk masalah insan dengan segala yang ada di jagat raya ini dengan perkiraan insan mempunyai kekuatan intelektual yang sangat tinggi dan berusaha mencari dan menemukan korelasi dalam keseluruhan alam berfikir dan keseluruhan pengalaman.
Filsafat preskriptif berusaha untuk menghasilkan suatu ukuran (standar) evaluasi wacana nilai-nilai, evaluasi wacana perbuatan manusia, evaluasi wacana seni, menguji apa yang disebut baik dan jahat, benar dan salah, anggun dan jelek. Nilai suatu benda intinya inherent dalam dirinya, atau hanya merupakan citra dari fikiran kita.
Dalam konteks pendidikan, filsafat preskriptif memberi resep wacana perbuatan atau sikap insan yang bermanfaat.
baca juga :
>> Mengenal Metode dan Model Pembelajaran Yang Harus Diketahui Para Guru Dalam Mengajar
>> Berikut Cara Mendapatkan Akun Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) Guru Terbaru
>> Buku Panduan Supervisi Pembelajaran di Sekolah Dasar
Filsafat analitik memusatkan pemikirannya pada kata-kata, istilah-istilah, dan pengertian-pengertian dalam bahasa, menguji suatu inspirasi atau gagasan untuk menjernihkan dan menjelaskan istilah-istilah yang dipergunakan secara hati dan cenderung untuk tidak membangun suatu mazhab dalam sistem berfikir (disarikan dari Uyoh Sadulloh, 1994)
Terdapat beberapa aliran dalam filsafat, diantaranya: idealisme, materialisme, realisme dan pragmatisme (Ismaun, 2001). Aplikasi aliran-aliran filsafat tersebut dalam pendidikan kemudian menghasilkan filsafat pendidikan, yang selaras dengan aliran-aliran filsafat tersebut.
Filsafat pendidikan akan berusaha memahami pendidikan dalam keseluruhan, menafsirkannya dengan konsep-konsep umum, yang akan membimbing kita dalam merumuskan tujuan dan kebijakan pendidikan.
Dari kajian wacana filsafat pendidikan selanjutnya dihasilkan banyak sekali teori pendidikan, diantaranya:
- Perenialisme;
- Esensialisme;
- Progresivisme; dan
- Rekonstruktivisme. (Ella Yulaelawati, 2003).
Perenialisme lebih menekankan pada keabadian, keidealan, kebenaran dan keindahan dari pada warisan budaya dan dampak sosial tertentu. Pengetahuan dianggap lebih penting dan kurang memperhatikan kegiatan sehari-hari.
Pendidikan yang menganut faham ini menekankan pada kebenaran adikara , kebenaran universal yang tidak terikat pada daerah dan waktu. Aliran ini lebih berorientasi ke masa lalu.
Essensialisme menekankan pentingnya pewarisan budaya dan pertolongan pengetahuan dan keterampilan pada penerima didik semoga sanggup menjadi anggota masyarakat yang berguna.
Matematika, sains dan mata pelajaran lainnya dianggap sebagai dasar-dasar substansi kurikulum yang berharga untuk hidup di masyarakat. Sama halnya dengan perenialisme, essesialisme juga lebih berorientasi pada masa lalu.
Eksistensialisme menekankan pada individu sebagai sumber pengetahuan wacana hidup dan makna. Untuk memahami kehidupan seseorang mesti memahami dirinya sendiri. Aliran ini mempertanyakan : bagaimana saya hidup di dunia? Apa pengalaman itu?
Progresivisme menekankan pada pentingnya melayani perbedaan individual, berpusat pada penerima didik, variasi pengalaman mencar ilmu dan proses. Progresivisme merupakan landasan bagi pengembangan mencar ilmu penerima didik aktif.
Rekonstruktivisme merupakan klarifikasi terperinci lanjut dari aliran progresivisme. Pada rekonstruktivisme, peradaban insan masa depan sangat ditekankan. Di samping menekankan wacana perbedaan individual menyerupai pada progresivisme, rekonstruktivisme lebih jauh menekankan wacana pemecahan masalah, berfikir kritis dan sejenisnya. Aliran ini akan mempertanyakan untuk apa berfikir kritis, memecahkan masalah, dan melaksanakan sesuatu? Penganut aliran ini menekankan pada hasil mencar ilmu dari pada proses.
Pendekatan Religi
Pendekatan religi yaitu suatu pendekatan untuk menyusun teori-teori pendidikan dengan bersumber dan berlandaskan pada pedoman agama. Di dalamnya berisikan keyakinan dan nilai-nilai wacana kehidupan yang sanggup dijadikan sebagai sumber untuk memilih tujuan, metode bahkan hingga dengan jenis-jenis pendidikan.
Cara kerja pendekatan religi berbeda dengan pendekatan sains maupun filsafat dimana cara kerjanya bertumpukan sepenuhnya kepada logika atau ratio, dalam pendekatan religi, titik tolaknya yakni keyakinan (keimanan). Pendekatan religi menuntut orang meyakini dulu terhadap segala sesuatu yang diajarkan dalam agama, gres kemudian mengerti, bukan sebaliknya.
Terkait dengan teori pendidikan Islam, Ahmad Tafsir (1992) dalam bukunya “ Ilmu Pendidikan dalam Persfektif Islam” mengemukakan dasar ilmu pendidikan Islam yaitu Al-Quran, Hadis dan Akal. Al-Quran diletakkan sebagai dasar pertama dan Hadis Rasulullah SAW sebagai dasar kedua.
Sementara logika dipakai untuk menciptakan hukum dan teknis yang dihentikan bertentangan dengan kedua sumber utamanya (Al-Qur’an dan Hadis), yang memang telah terjamin kebenarannya. Dengan demikian, teori pendidikan Islam tidak merujuk pada aliran-aliran filsafat buatan manusia, yang tidak terjamin tingkat kebenarannya.
Berkenaan dengan tujuan pendidikan Islam, World Conference on Muslim Education (Hasan Langgulung, 1986) merumuskan bahwa : “ Education should aim at balanced growth of the total personality of man through Man’s spirit, intelellect the rational self, feelings and bodily senses. Education should therefore cater for the growth of man in all its aspects, spirituals, intelectual, imaginative, physical, scientific, linguistic, both individually and collectively, and motivate all these aspects toward goodness and attainment of perfection. The ultimate aim of Muslim Education lies in the realization of complete submission to Allah on the level of individual, the community and humanity at large.”
Sementara itu, Ahmad Tafsir (1992) merumuskan wacana tujuan umum pendidikan Islam yaitu muslim yang tepat dengan ciri-ciri :
- Memiliki jasmani yang sehat, berpengaruh dan berketerampilan;
- Memiliki kecerdasan dan kepandaian dalam arti bisa menuntaskan secara cepat dan tepat; bisa menuntaskan secara ilmiah dan filosofis; mempunyai dan berbagi sains; mempunyai dan berbagi filsafat dan
- Memiliki hati yang takwa kepada Allah SWT, dengan sukarela melaksanakan perintah Allah SWT dan menjauhi larangannya dan hati mempunyai hati yang berkemampuan dengan alam gaib.
Dalam teori pendidikan Islam, dibicarakan pula wacana hal-hal yang berkaitan dengan substansi pendidikan lainnya, menyerupai wacana sosok guru yang islami, proses pembelajaran dan evaluasi yang islami, dan sebagainya. (selengkapnya lihat pemikiran Ahmad Tafsir dalam bukunya Ilmu Pendidikan dalam Persfektif Islam)
Mengingat kompleksitas dan luasnya lingkup pendidikan, maka untuk menghasilkan teori pendidikan yang lengkap dan menyeluruh kiranya tidak bisa hanya dengan memakai satu pendekatan saja. Oleh alasannya yakni itu, diharapkan pendekatan holistik dengan memadukan ketiga pendekatan di atas yang terintegrasi dan memliki korelasi komplementer, saling melengkapi antara satu dengan yang lainnya. Pendekatan semacam ini biasa disebut pendekatan multidisipliner
Sumber bacaan:
- Ahmad Tafsir. Ilmu Pendidikan dalam Persfektif Islam. Bandung: Rosda Karya
- Ali Saifullah.HA. 1983. Antara Filsafat dan Pendidikan: Pengantar Filsafat Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional
- Hasan Langgulung, 1986. Manusia dan Pendidikan; Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan. Jakarta: Pustaka Al-Husna
- Ismaun. 2001. Filsafat Ilmu I. (Diktat Kuliah). Bandung: UPI Bandung.
- Uyoh Sadulloh.1994. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: P.T. Media Iptek
Demikian lah yang sanggup disampaikan mengenai Pendekatan Pembelajaran dalam Teori Pendidikan di Indonesia, semoga bermanfaat bagi kita semua, aamiin, [pg]
Related Posts